Sunday, September 15, 2013

Adab Berihram Ketika Memasuki Kota Makkah



Pemakain Ihram yang sebaiknya.

Dan sekiranya ingin menambah lagi, ucapkanlah, “Labbaika wa sa’daik. Wal khairu kulluhu biyadaik, war raghba’u ilaik. Labbaika bi hajjatin haqqa. Ta‘abbudan wa riqqa. Allahumma shalli ‘ala Muhamadin wa ‘ala ali Muhammad.”
Semasa kita berwukuf di Padang Arafah, banyaklah bersabar dan jangan membuang masa. Ingat akan semua larangan dan amalan yang mengurangkan pahala haji kita. Bilik air ada disemua ditiap-maktab,cuma kita kenalah bertolak ansur dan tahap kesabaran yang tinggi.Utamakan jemaah yang lebih tua dari kita dalam semua perkara. Semua perbuatan yang baik bagaimana sedikit pun akan menjadi pahala untuk kita.
Sesampai kita di khemah yang disediakan, berehat sebentar tunaikan lah apa yang sepatut, seperti solat Jama' Qasar jika yang belum berkesempatan menunaikannya di hotel atau asrama. Selepas itu buat amalanan sebanyak mungkin. Berzikir, berdoa,membaca Al Quran, Lebih2 lagi pada waktu tergelincirnya matahari pada hari Arafah..ini dimana ramai diantara kita selalu terlupa....jangan bazirkan waktu ini dengan membuat perkara yang tidak ada menafaat. Penuhkan waktu dari zohor hingga terbenam matahari atau sebelum ke Muzdalifah dengan ZIKIR, DOA untuk kita, anak,saudara-mara,dan umat Islam sejagat, TAZKIRAH, solat2 sunat Keluarlah kelapangan selepas Asar, memohon Ridho Allah SWT, Antara dua waktu ini - Zohor sehingga mejelang Magrib pintu langit dibuka begitu dekat, Allah SWT menerima segala rintihan, doa dan pemohonan taubat. Wallahualam.

Artinya, “Labbaik wa sa’daik (aku datang memenuhi panggilan-Mu demi mencari keridha-an-Mu) ya Allah. Semua saja kebaikan berada di tangan-Mu. Hanya kepada-Mu kami mendamba. Labbaik, terimalah haji kami ini yang kami lakukan dengan segala ketulusan, demi menunjukkan perhambaan kami kepada-Mu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.”

4.  Setelah selesai proses ihram dimulai dengan mengucapkan talbiyah, hendaklah setelah itu mengucapkan, “Allahumma inni urid al-hajja fa yassirhu li, wa a‘inni ‘ala ada’i fardhih, wa taqabbalhu minni. Allahumma inni nawaitu ada’a faridhatika fil hajji. Faj’alni minalladzina istajabu laka wa amanu bi wa‘dika, wattaba‘u amrak. Waj‘alni min wafdikalladzina radhita ‘anhum, wartadhaita wa qabilta minhum. Allahumma fa yassir li ada’a ma nawaitu minal hajji. Allahumma qad ahrama laka lahmi wa sya‘ari wa dami wa ‘ashabi wa mukkhi wa ‘izhami. Wa harramtu ‘ala nafsi an-nisa’a wat thiba wa lubsal makhithi ibtigha’a wajhika wad daril akhirah.”

Artinya, “Ya Allah, sungguh aku hendak mengerjakan haji, maka mudahkanlah ia bagiku. Tolonglah aku melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan terimalah ia dariku. Ya Allah, sungguh aku telah meniatkan untuk menunaikan segala perintah-Mu dalam haji, maka masukkanlah aku ke dalam kelompok orang-orang yang memenuhi panggilan-Mu, memercayai janji-Mu dan mematuhi perintah-Mu. Dan jadikanlah aku di antara para tamu-Mu yang Engkau ridhai dan Engkau terima amalannya. Ya Allah, mudahkanlah bagiku pelaksanaan ibadah haji yang telah kuniatkan ini. Ya Allah, sungguh aku telah berihram dengan seluruh anggota tubuhku; dagingku, rambutku, darahku, uratku, otakku dan tulang-tulangku. Dan telah aku haramkan atas diriku (selama berhaji ini) wanita, wewangian dan pakaian yang terjahit; semata-mata demi mengharapkan ridha-Mu serta kebahagiaan perkampungan akhirat kelak.


Dan sekiranya ingin menambah lagi, ucapkanlah, “Labbaika wa sa’daik. Wal khairu kulluhu biyadaik, war raghba’u ilaik. Labbaika bi hajjatin haqqa. Ta‘abbudan wa riqqa. Allahumma shalli ‘ala Muhamadin wa ‘ala ali Muhammad.”

Artinya, “Labbaik wa sa’daik (aku datang memenuhi panggilan-Mu demi mencari keridha-an-Mu) ya Allah. Semua saja kebaikan berada di tangan-Mu. Hanya kepada-Mu kami mendamba. Labbaik, terimalah haji kami ini yang kami lakukan dengan segala ketulusan, demi menunjukkan perhambaan kami kepada-Mu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad.”

4.  Setelah selesai proses ihram dimulai dengan mengucapkan talbiyah, hendaklah setelah itu mengucapkan, “Allahumma inni urid al-hajja fa yassirhu li, wa a‘inni ‘ala ada’i fardhih, wa taqabbalhu minni. Allahumma inni nawaitu ada’a faridhatika fil hajji. Faj’alni minalladzina istajabu laka wa amanu bi wa‘dika, wattaba‘u amrak. Waj‘alni min wafdikalladzina radhita ‘anhum, wartadhaita wa qabilta minhum. Allahumma fa yassir li ada’a ma nawaitu minal hajji. Allahumma qad ahrama laka lahmi wa sya‘ari wa dami wa ‘ashabi wa mukkhi wa ‘izhami. Wa harramtu ‘ala nafsi an-nisa’a wat thiba wa lubsal makhithi ibtigha’a wajhika wad daril akhirah.”
Artinya, “Ya Allah, sungguh aku hendak mengerjakan haji, maka mudahkanlah ia bagiku. Tolonglah aku melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan terimalah ia dariku. Ya Allah, sungguh aku telah meniatkan untuk menunaikan segala perintah-Mu dalam haji, maka masukkanlah aku ke dalam kelompok orang-orang yang memenuhi panggilan-Mu, memercayai janji-Mu dan mematuhi perintah-Mu. Dan jadikanlah aku di antara para tamu-Mu yang Engkau ridhai dan Engkau terima amalannya. Ya Allah, mudahkanlah bagiku pelaksanaan ibadah haji yang telah kuniatkan ini. Ya Allah, sungguh aku telah berihram dengan seluruh anggota tubuhku; dagingku, rambutku, darahku, uratku, otakku dan tulang-tulangku. Dan telah aku haramkan atas diriku (selama berhaji ini) wanita, wewangian dan pakaian yang terjahit; semata-mata demi mengharapkan ridha-Mu serta kebahagiaan perkampungan akhirat kelak.”

 Sejak saat ihram, terlarang baginya keenam jenis larangan ihram, seperti yang telah disebutkan sebelum ini. Maka hendaknya ia benar-benar menghindarinya.

5.   Disunahkan untuk terus melafazkan ucapan talbiyah sepanjang waktu dalam ihram. Terutama ketika bertemu dan berpapasan dengan kawan-kawan, pada saat dan di tempat berkumpulnya banyak orang, pada setiap pendakian atau turunan di jalan, dan setiap kali naik ataupun turun dari kendaraan.

Sebaiknya mengucapkan talbiyah di saat-saat tersebut dengan suara cukup keras. Namun, hendaknya jangan sampai mengakibatkan suaranya sendiri menjadi parau ataupun nafasnya tersengal-sengal.

Disebutkan dalam hadis Nabi SAW, “Sesungguhnya kalian tidaklah memanggil (Zat) yang tuli ataupun yang tidak hadir.”

Dan tidak ada salahnya mengeraskan suara sekadarnya ketika mengucapkan talbiyah di ketiga masjid (yakni Masjidil Haram di Makkah, Masjid Al-Khaif dan masjid di tempat miqat) mengingat bahwa itu semua adalah pusat tempat-tempat terlaksananya ibadah.

Adapun masjid-masjid lainnya, boleh saja bertalbiyah di dalamnya, tetapi tanpa mengeraskan suara.

Disunahkan juga, apabila menjumpai sesuatu yang mengagumkan (di antara benda-benda duniawi) Nabi SAW mengucapkan, “Labbaika, innal ‘aisya ‘aisyul akhirah. (Labbaik ya Allah, sungguh kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat).”

No comments: